PARADIGMA ISLAM TERHADAP ILMU PENGETAHUAN

Konten [Tampil]


 

A.    Hakikat Ilmu Pendidikan

1)      Pengertian Pendidikan

Secara etimologi istilah pendidikan berasal dari bahasa yunani “paedagogie”. Yang akar katanya “pae” yang berarti anak dan “again” yang artinya membimbing. Jadi, “paedagogie” berarti bimbingan yang diberikan kepada anak. Dalam bahasa inggris, pendidikan diterjemahkan menjadi “education”. “education” berasal dari bahasa yunani “educare” yang berarti membawa keluar yang tersimpan dalam jiwa anak untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang.

Al-Quran pada surah Al-Alaq ayat 1-5 menyebutkan “Bacalah. Dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Pendidikan adalah upaya manusia dewasa mebimbing manusia yang belum dewasa menuju kedewasaan. Pendidikan ialah usaha menolong anak untuk melaksanakan tugas tugas hidupnya. Agar mandiri, akil-baligh, dan bertanggung jawab secara susila. Pendidikan adalah usaha mencapai penentuan diri susila dan tanggung jawab (M.J Langeveld).

Muhammad Athiyah Al Abrasyi, “pendidikan islam (Al Tarbiyah Al Islamiyah) adalah usaha menyiapkan manusia agar hidup dengan sempurna dan bahagia, mencintai tanah air, sempurna budi pekertinya, teratur pikirannya, halus perasaannya, mahir dalam pekerjaan, manis tutur katanya baik lisan maupun tulisan.

2)      Pengertian Ilmu pendidikan

Ilmu pendidikan merupakan ilmu pengetahuan empiris karena objeknya adalah situasi pendidikan yang terdapat pada dunia pengalaman manusia. Ilmu pendidikan harus dipelajari dan dimiliki oleh setiap pendidik atau calon pendidik agar tidak terjerumus pada kegiatan yang tidak terarah.

Ketika pendidikan islam dijadikan sebagai paradigma maka keseluruhan pendidikan juga harus mengadaptasi dari ajaran-ajaran agama islam. Dasar paradigma pendidikan islam adalah Al-Quran dan Hadist yang digunakan sebagai rujukan utama dalam membuat dan mengembangkan konsep, prinsip, teori, dan teknik pendidikan.

 

B.     Keutamaan Ilmu Pendidikan

Agama islam mewajibkan umatnya untuk menutut ilmu, dan tidak terikat oleh waktu dan tempat. Bahkan, ayat pertama yang turun kepada Rasulullah SAW saat menjadi nabi adalah dalam surat Al-alaq. Hal ini menunjukkan bahwa kedudukan ilmu dalam islam begitu mulia. Rasulullah SAW pernah bersabda yang artinya “Barangsiapa yang menginginkan urusan dunia, mak wajiblah baginya berilmu. Dan barangsiapa yang urusan akhirat (selamat di akhirat) maka wajiblah ia memiliki ilmu juga. Dan barangsiapa yang menginginkan keduanya, maka hendaklah ia memiliki ilmu tentangnya juga,” (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, ada keutamaan dalam menutut ilmu bagi orang yang mengerjakannya.

 

C.    Teori-teori Ilmu Pendidikan

Teori merupakan landasan awal dalam melaksanakan praktek. Dalam  teori pendidikan hadirnya teori dapat memberikan stimulus dan pijakan dalam menentukan kurikulum, proses belaar mengajar dan tujuan pendidikan yang dicapai. Berbagai teori dikembangkan dalam dunia pendididkan mulai dari teori nativisme, teori empirisme, dan teori konvergensi., dalam pelaksanaannya masih terjadi perdebatan dalam memaknai dan melaksanakan berbagai teori tersebut. Karena masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan dan teori yanng berkembang saat ini harus disesuaikan dengan kondisi rill dunia pendidikan, sehingga sampai saat ini teori tersebut masi belum menjawab permasalahan kualitas pendidikan.

Hadirnya Al-Quran menurut Edward Gibbon (1737-1749) seorang ahli sejarah kebangsaan inggris merupakan sebuah kitab kemajuan, kitab kenegaraan, perdagangan, peradilan, dan undang-undang kemiliteran dalam islam. Selain itu, kandungan Al-Quran juga menjelaskan mengenai ibadah, ketauhidan, dan muamalah. Kandungan Al-Quran yang komprehensif dapat menjadi sumbangsih bagi perkembangan teori kepedidikan khususnya.

Berkaitan dengan pendidikan, Al-Quran mengandung dua unsur pembelajaran, pertama materi pembelajaran didalamnya harus berisi materi tauhid, ini bertujuan agar setiap individu mengetahui akam keesaan Allah SWT, dan mengetahui pencipta alam raya serta pencipta ilmu yang terkandung di alam raya.kedua risalah ilahiyaj, yang disampaikan kepada setiap rasul untuk disampaikan kepada umat manusia dalam bentuk tauhid, ibadah, dan muamalah.

Modawi berpendapat bahwa untuk menemukan teoridalam Al-Quram diperlukan ketajaman tafsir dan kaidah ilmu yang berkaitan dengan Al-Quran. Disamping itu untuk mencapai kesempurnaan teori diharapkan dapat menjawab permasalahan dan lingkup kehidupan ysng berkaitan dengan waktu.

D.    Pengertian Paradigma

Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan Thomas Kuhn (1962). Paradigma dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual atau model yang dengannya aeorang ilmuwan bekerja (a conceptual framework or model within which a scientist works). [2] ia adalah seperangkat asumsi asumsi dasar yang menggariskan semesta partikular dari penemuan illmiah, menspesifikasi beragam konsep-konsep yang dapat dianggap absah maupun metode-metode yang dipergunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasikan data. Tegasmya setiap keputusan tentang apa yang menyusun data atau observasi ilmiah dibuat dalam bangun suatu paradigma

Norman K.Denzin membagi paradigma kepada tiga elemen yang meliputi; epistimologi, ontologi, dan metodologi. Epistimologi mempertanyakan tentang bagaimana cara kita mengetahui sesuatu, dan apa hubungan anatara peneliti dengan pengetahuan. Ontologi berkaitan dengan pertanyaan mendasar tentang hakikat realitas. Metodologi memfokuskan pada bagaimana cara kita memperoleh pengetahuan.

Paradigma adalah cara masing-masing orang memandang dunia, yang belum tentu cocok dengan kenyataan. Paradigma adalah petanya, bukan wilayahya. Paradigma adalah lensa kita, lewat mana kita lihat segalanya, yang terbentuk oleh cara kita dibesarkan, pengalaman, serta pilihan-pilihan.

 

E.     Paradigma Ilmu Pendidikan Islam

Dalam filsafat pendidikan islam, Prof. Tafsir menjelaskan bahwa tujuan pendidkan adalah “memanusiakan manusia”. Manusia perlu dibantu agar ia berhasil menjadi manusia. Seseorang dapat dikatan telah menjadi manusia apabila ia telah memiliki sifat kemanusiaan. Oleh sebab itu, diperlukannya pendidikan sebaai sarana “permanusiaan”. Karena proyek permanusiaan ini sangat sulit, maka tidak bisa instan, dan asal-asalan.

Maka Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education is life, dalam arti pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan, dan seluruh proses hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan (Long life education), atau konsep Islamnya pendidikan sepanjang hayat, -Minal mahdi ila lahdi- maka pendidikan Islam pada dasarnya hendak mngembangkan pandangan hidup Islami, yang diharapkan tercermin dalam sikap hidup dan keterampilan hidup orang Islam. Dan hal ini sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional.

Islam yang memiliki sifat universal dan kosmopolit tak terbantahkan untuk bisa merambah ke ranah kehidupan apa pun, termasuk dalam ranah pendidikan. Ketika Islam dijadikan Paradigma Ilmu Pendidikan paling tidak berpijak pada tiga alasan:

1)      Ilmu Pendidikan sebagai ilmu humaniora tergolong ilmu normatif, karena ia terkait oleh norma-norma tertentu. Pada taraf ini, nilai-nilai Islam sangat berkompeten untuk dijadikan norma dalam Ilmu Pendidikan.[10] Adapun landasan normatif Islam dalam hal pendidikan, sebagai berikut:

a. Islam meletakkan prinsip kurikulum, strategi, dan tujuan pendidikan berdasarkan aqidah Islam. Pada aspek ini diharapkan terbentuk sumber daya manusia terdidik dengan aqliyah Islamiyah (pola berfikir islami) dan nafsiyah islamiyah (pola sikap yang islami).

b. Pendidikan harus diarahkan pada pengembangan keimanan, sehingga melahirkan amal shaleh dan ilmu yang bermanfaat. Prinsip ini mengajarkan pula bahwa di dalam Islam yang menjadi pokok perhatian bukanlah kuantitas, tetapi kualitas pendidikan. Perhatikan bagaimana Al Quran mengungkapkan tentang ahsanu amalan atau amalan shalihan (amal yang terbaik atau amal shaleh).

c. Pendidikan ditujukan dalam kaitan untuk membangkitkan dan mengarahkan potensi-potensi baik yang ada pada diri setiap manusia selaras dengan fitrah manusia dan meminimalisir aspek yang buruknya

d. Keteladanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam suatu proses pendidikan. Dengan demikian sentral keteladanan yang harus diikuti adalah Rasulullah saw. Dengan demikian Rasulullah saw. merupakan figur sentral keteladanan bagi manusia. Al quran mengungkapkan bahwa “Sungguh pada diri Rasul itu terdapat uswah (teladan) yang terbaik bagi orang-orang yang berharap bertemu dengan Allah dan hari akhirat”.[11]

2)      Alasan kedua adalah, dalam menganalisis masalah pendidikan, para ahli selama ini cenderung mengambil teori-teori dan falsafah Pendidikan Barat. Falsafah Pendidikan Barat lebih bercorak sekuler yang memisahkan berbagai dimensi kehidupan. Sedangkan masyarakat Indonesia lebih bersifat religius. Atas dasar itu, nilai-nilai ideal Islam sangat memungkinkan untuk dijadikan acuan dalam mengkaji fenomena kependidikan.

3)      Alasan ketiga adalah dengan menjadikan Islam sebagai Paradigma , maka keberadaan Ilmu Pendidikan memiliki ruh yang dapat menggerakkan kehidupan spiritual dan kehidupan yang hakiki. Tanpa ruh ini berarti pendidikan telah kehilangan ideologinya.

Makna Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan Adalah suatu konstruksi pengetahuan yang memungkinkan kita memahami realitas Ilmu Pendidikan sebagaimana Islam memahaminya. Konstruksi pengetahuan itu dibangun oleh nilai-nilai Islam dengan tujuan agar kita memiliki hikmah (wisdom) yang atas dasar itu praktik pendidikan yang sejalan dengan nilai-nilai normatif Islam. Pada taraf ini, Paradigma Islam menuntut adanya grand design tentang ontologi,epistemologi, dan aksiologi pendidikan.

F.     Ayat Al-Quran dan Hadis Yang Relevan

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, dan penelitian. Pendidikan sering terjadi dibawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.

Dalam Al-Quran ada beberapa ayat Al-Quran tentang pendidikan, berikut beberapa diantaranya:

1)      Surat Al-Mujadalah ayat 11

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا قِيلَ لَكُمۡ تَفَسَّحُواْ فِي ٱلۡمَجَٰلِسِ فَٱفۡسَحُواْ يَفۡسَحِ

 ٱللَّهُ لَكُمۡۖ وَإِذَا قِيلَ ٱنشُزُواْ فَٱنشُزُواْ يَرۡفَعِ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَٱلَّذِينَ

 أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ دَرَجَٰتٖۚ وَٱللَّهُ بِمَا تَعۡمَلُونَ خَبِيرٞ 

 

Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat”.

 

 

2)      Surat Shad ayat 29

 

كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ 

 

Artinya: “ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”.

 

3)      Surat At-Taubah ayat 122

 

۞وَمَا كَانَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةٗۚ فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ

لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوۡمَهُمۡ إِذَا رَجَعُوٓاْ إِلَيۡهِمۡ لَعَلَّهُمۡ يَحۡذَرُونَ 

 

Artinya: “tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (kemedan perang). Mengappa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk merperdalam  tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya

 

4)      Surat Thaha ayat 114

 

فَتَعَٰلَى ٱللَّهُ ٱلۡمَلِكُ ٱلۡحَقُّۗ وَلَا تَعۡجَلۡ بِٱلۡقُرۡءَانِ مِن قَبۡلِ أَن يُقۡضَىٰٓ إِلَيۡكَ

 وَحۡيُهُۥۖ وَقُل رَّبِّ زِدۡنِي عِلۡمٗا 

 

Artinya: “dan katakanlah; “Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku  ilmu pengetahuan”.


Jasmarun


Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama