Dinamika perilaku individu

Konten [Tampil]
 


A. Dinamika Perilaku Individu

Dinamika perilaku individu adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh manusia dan dipengaruhi oleh adat, sikap, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika. Adapun lima aliran besar psikologi, yaitu:

1. Perspektif Biologi
Tokoh utama perspektif ini adalah Hipokrates. Dia adalah bapak ilmu kedokteran yang sangat peduli terhadapat perkembangan perilaku dan proses mental manusia dianalisis dari sisi biologis. Perspektif biologis berupaya mengaitkan peristiwa listrik dan kimiawi yang terjadi dalam tubuh terutama di dalam otak dan sistem saraf. Bagi Hipokrates yang mendasari perilaku dan proses mental individu adalah neurobiology.  Perilaku dan proses mental individu sangat ditentukan oleh perkembangan neurobiology pada kedua belahan otak individu. Perspektif biologis merupakan pendekatan psikologi yang menekankan pada peristiwa yang berlangsung dalam tubuh mempeangaruhi perilaku, perasaan, dan pikiran seseorang. Perspektif biologis memunculkan psikologi evolusi yaitu suatu bidang psikologi yang menekankan pada mekanisme evolusi yang membantu menjelaskan kesamaan diantara manusia dalam kognisi, perkembangan, emosi, paraktik-praktik sosial, dan area lain dari perilaku. Kita bisa terima Charles Darwin (1859) untuk menunjukkan dalam gagasan bahwa genetika dan evolusi memainkan peran dalam mempengaruhi perilaku manusia melalui seleksi alam.
  Teori dalam perspektif biologi yang mempelajari perilaku genomik mempertimbangkan bagaimana gen mempengaruhi perilaku. Sekarang genom manusia dipetakan, mungkin suatu hari kita dapat memahami bagaimana lebih tepatnya bagaimana perilaku dipengaruhi oleh DNA. Faktor biologis seperti kromosom, hormon, dan otak semua memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku manusia, untuk jenis kelamin misalnya, pendekatan biologis berpendapat bahwa perilaku sebagian diwariskan dan memiliki fungsi atau evolusi adaptif. Misalnya, minggu-minggu segera setelah kelahiran anak tingkat testosteron pada ayah hampir lebih 30%.
Psikolog biologi menjelaskan perilaku dalam neurologis yaitu fisiologi dan struktur otak dan bagaimana ini mempengaruhi perilaku. Banyak psikolog biologi telah berkonsentrasi pada perilaku abnormal dan telah mencoba menjelaskannya. Misalnya psikolog biologi percaya bahwa skizofrenia dipengaruhi oleh tingkat dopamine (neurotransmitter).
    Temuan ini telah membantu psikiatri lepas landas dan memantu meringankan gejala penyakit mental melalui obat-obatan. Namun Freud dan disiplin lain berpendapat bahwa ini hanya mempelakukan gejala dan bukan penyebabnya. Disinilah psikolog kesehatan mengambil temuan bahwa psokolog biologis memproduksi dan melihat faktor-faktor lingkungan yang terlibat untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik. 

2. Perspektif Behaviorisme
Tokoh perspektif ini yang paling terkenal diantaranya Ivan P. Pavplop dan John B. Watson. Perspetif ini memandang perilaku sebagai aktivitas suatu individu yang dapat dideteksi, seperti bericara, tertawa, dan menangis. Pada perspektif ini yang dilihat perilaku individu ketimbang pada otak dan sistem sarafnya. Salah satu cabang perspektif ini adalah analisis stimulus respons (S-R). S-R mempelajari stilumuli yang relevan dilingkungan, respons yang ditimbulkan stimuli tersebut, dan hadiah atau hukuman yang terjadi setelah respons tersebut. Stimulus (S) yang dimaksud adalah segala sesuatu yang merangsang individu berperilaku atau melakukan proses mental yang ditunjukkan oleh individu. Mekanisme perilaku menurut perspektif ini sebagai berikut:

a.       S-R
  Pada mekanisme ini ketika stimulus atau rangsangan untuk berperilaku datang maka individu harus berperilaku sebagai respons atau jawaban atas stimulus tersebut. Para ahli psikologi berpendapat bahwa mekanisme perilaku ini termasuk mekanisme perilaku tidak sadar. Misalnya pada saat seseorang sedang melamun dicubit dari belakang ia langsung tersentak sembari berkata “aw” atau “aduh” dan perilaku lainnya.

b.      S-O-R
    Pada mekanisme ini perilaku terjadi pada saat stimulus (S) datang lalu diterima oleh organisme (O) dan organisme memberi respons (S). Artinya, pada mekanisme ini stimulus tidak otomatis direspon langsung oleh organisme, mungkin dirasakan dulu baru direspon. Para ahli hampir berkesimpulan bahwa perilaku ini termasuk perilaku sadar.

c.       S-O-t-W-e-R
    Pada mekanisme ini, stimulus (S) diterima oleh organisme (O) melalui reseptor (r) yang diteruskan ke World (W) untuk proses selanjutnya dimunculkan oleh efektor (e) dalam bentuk perilaku atau respons (R). Pada dinamika ini yang dimaksud reseptor adalah panca indera, world (W) adalah proses kognitif termasuk perseptual, dan efektor (e) adalah fasilitas atau perlengkapan permunsulan respons. Para ahli sepakat bahwa model perilaku inilah yang disebut perilaku sadar.

3. Perspektif Kognitif
Dalam perspektif kognitif sebagian kembali pada akar kognitif dari psikologi, yakni persepsi., daya ingat, penalaran, dan pemutusan pilihan. Sebagian lagi sebagai reaksi dari behaviorisme. Perspektif ini didasari oleh penelitian tentang kognisi modern yang didasarkan pada asumsi berikut:
a.       Hanya dengan mempelajari proses mental kita dapat sepenuhnya memahami apa yang dilakukan oleh ahli suatu organisme.
b.      Kita dapat mempelajari proses mental secara objektif dengan memfokuskan pada perilaku spesifik, sama seperti yang dilakukan oleh ahli perilaku tetapi menginterpretasikannya dalam kaitan proses mental dasar.

   Pada perspektif ini interpretasi menggunakan analogi antara pikiran dan komputer, yakni informasi yang masuk diproses dengan berbagai cara: dipilih, dibandingkan, dan dikominasikan dengan informasi lain yang telah ada dalam memori, ditransformasikan, disusun kembali dan seterusnya. Berikut ini conton interpretasi kognitif, misalnya analisis tentang respon tentang seseorang dicemooh oleh orang yang tidak dikenal, dikenal, dan pernah menyakitkan:

a.         Respons terhadap cemoohan orang yang tidak dikenal cenderung lemah atau diabaikan
b.         Respons terhadap cemoohan orang yang dikenal lebih kuat/lebih agresif daripada respons kepada yang tidak dikenal.
c.         Respons terhadap cemoohan orang yang pernah menyakitkan cenderung lebih agresif dan lebih kuat daripada respons terhadap orang yang tidak dikenal atau dikenal saja. Ini bisa terjadi karena pengetahuan yang ada dalam kognisi yang disebut dengan struktur kognitif menurut istilah Piaget (tidak dikenal, dikenal, dan penah menyakitkan) yang mengendalikan perilaku organisme.

4. Perspektif Psikoanalisis
  Tokoh utama perspektif ini adalah Sigmund Freud. Salah satu pengikutnya adalah Gustav Jung. Asumsi dasar teori Freud adalah ahwa seagian besar perilaku manusia berasal dari proses bawah sadar (unconscious). Meski jung merupakan murid dan pengikut Freud, tetapi dalam konsep ini Jung berpendapat bahwa perilaku manusia pada prinsipnya merupakan collective unconscious (ketidaksadaran kolektif). Menurut Freud sifat dasar manusia adalah negatif, ia yakin bahwa manusia berperilaku didorong oleh insting yang sama seperti hewan (terutama seks dan agresi). Dinamika perilaku ditentukan oleh id, ego, dan super ego. Id merupakan insting atau naluri. Oleh sebab itu jika manusia berkembang hanya instingnya saja tidak ada bedanya dengan hewan. Oleh sebab itu juga id sering disebut dengan dorongan hewani. Id tidak mengenal benar dan salah dan senantiasa bergerak berdasarkan prinsip pleasure, yakni kenikmatan atau kesenangan. Sementara itu ego merupakan unsur kepribadian yang berpegang teguh pada prinsip kebenaran berdasarkan logika. Sedangkan super ego merupakan unsur kepribadian yang bekerja berdasarkan moral. Jika perkembangan manusia didominasi oleh egonya saja ia akan seperti binatang, tetapi jika yang berkembang pada manusia hanya sisi superegonya saja ia akan seperti malaikat. Menurut perspektif ini perkembangan yang ideal adalah perkembangan yang seimbang antara id, ego, dan super ego.

5. Perspektif Fenomenologi
    Perspektif fenomenologi sering disebut sebagai psikologi humanistik. Perspektif ini menekankan kualitas yang membedakan manusia dari hewan. Terutama dilihat dari sisi potensi. Perspektif ini memandang kekuatan motif utama individual adalah kecenderungan ke arah pertumbuhan dan aktualisasi diri. Manusia memiliki potensi dan memiliki kebutuhan dasar untuk mengemangkan potensinya sampai penuh (aktualisasi diri). Dinamika perilaku sangat ditentukan oleh proses dinamika motivasi yang sehat, yakni dinamika motivasi yang ditandai dengan pencapaian tujuan (goal). Keberhasilan pencapaian tujuan saat ini cenderung memuat manusia bergerak untuk menempuh tujuan berikutnya. Ketidakpuasaan manusia dalam pencapaian tujuan dipandang positif sebagai dasar pencapaian aktualisasi diri. Sementara itu manusia yang gagal dalam mencapai tujuannya akan frustasi yang biasa ditunjukkan dengan berbagai perilaku maladjusment seperti konvensasi, sulimasi, rasionalisasi, proyeksi, regresi, represi, agresi, dan sebagainya. 

B. Interaksi Individu dengan Lingkungan


    Menurut Nana Syaodih (2011: 57) salah satu ciri esensial dari individu adalah bahwa ia selalu melakukan kegiatan atau berperilaku. Kegiatan individu merupakan manifestasi dari hidupnya, baik sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial. Individu melakukan kegiatan selalu dalam interaksi dengan lingkungannya, lingkungan manusia dan bukan manusia.
Secara garis besar ada dua kecenderungan interaksi individu dengan lingkungannya, yaitu (a) individu menerima lingkungan, dan (b) individu menolak lingkungan. Sesuatu yang datang dari lingkungan mungkin diterima oleh indvidu sebagai sesuatu yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Sesuatu yang menyenangkan atau menguntungkan akan diterima oleh individu, tetapi yang tidak menyenangkan akan ditolak atau dihindari.

1. Penyesuaian Diri
    Penyesuaian diri merupakan salah satu bentuk interaksi yang didasari oleh adanya penerimaan atau saling mendekatkan diri. Terhadap hal-hal yang disenangi atau dirasakan menguntungkan individu akan melakukan erbagai entuk kegiatan penyesuaian diri. Dalam penyesuaian diri yang diuah atau disesuaikan bisa hal-hal yang ada pada diri individu (autoplastic) atau dapat hal-hal yang ada pada lingkungan yang diuah sesuai kebutuhan individu (alloplastic) atau penyesuaian diri autoplastis dan alloplastis terjadi secara serempak.
    Bentuk penyesuaian diri otoplastis yang paling elementer adalah peniruan atau imitasi. Diawali dengan upaya tidak sadar, baru kemudian menjadi lebih sadar, individu yang lahir dalam keadaan lemah dan tidak bisa melakukan apa-apa  akan meniru apa saja yang diperlihatkan oleh lingkungan. Mulai dari kecakapan berbahasa yang sesuai dengan lingkungan dimana ia dibesarkan, cara berpakaian, berpenampilan, berpikir, watak, dan lain sebagainya. Peniruan ini bukan hanya menyangkut aspek-aspek tertentu tetapi dapat juga menyangkut sebagian besar atau keseluruhan dari kepribadian individu.
     Selain meniru atau imitasi, belajar merupakan salah satu bentuk penyesuaian diri dari otoplatis. Belajar pada dasarnya merupakan salah satu upaya pengubahan perilaku individu, baik dari segi kognitif, afektif, maupun psikomotor, agar sesuai dengan tuntutan atau datas mengtasi tantangan yang datang dari lingkungan. Makin tinggi tuntutan lingkungan makin meningkat pula upaya belajar yang harus dilakukan individu.
 Bentuk penyesuaian diri alloplastis dimanifestasikan dalam berbagai bentuk usaha mempengaruhi, mengubah, memperbaiki, mengembangkan, dan menciptakan yang baru. Seseorang mungkin akan berusaha mempengaruhi jalan pikiran seseorang agar sesuai dengan keinginannya. Karena seseorang kurang cocok dengan lingkungan yang dihadapinya, maka ia berusaha mengadakan perubahan atau perbaikan.
   Dalam penyesuaian diri dengan lingkungan mungkin juga terjadi secara serempak proses otoplastis dan alloplastis. Ini terjadi dalam kegiatan kompetensi, kooperasi, dan berbagai bentuk usaha pemecahan masalah bersama. Dalam suatu situasi kompetensi masing-masing individu atau kelompok yang terlibat berusaha memperbaiki atau meningkatkan dirinya. Peningkatan pada diri seseorang mendorong orang lain untuk berusaha melebihinya. Masing-masing individu memperbaiki diri untuk mencapai tujuan bersama dan kepentingan bersama.
  Penyesuaian diri terhadap lingkungan ini sesungguhnya manusia maju dan berkembang bukan hanya  dalam kecakapan-kecakapannya tetapi juga hal-hal yang ada diluar dirinya, yaitu lingkungan. Peningkatan berbagai bidang sosial, ekonomi, politik, keamanan, dan lain-lain, pada dasarnya merupakan usaha pemecahan masalah dalam bidang tersebut. Dengan demikian akan selalu menuntut perubahan baik pada diri individu seagai subjek dan lingkungan sebagai objek.

2. Penolakan
  Terhadap hal-hal yang tidak disenangi, tidak dibutuhkan atau yang bersifat ancaman individu akan melakukan usaha-usaha penolakan. Bentuk penolakan ini bermacam-macam, tetapi garis besarnya dapat dibedakan dalam dua bentuk, yaitu perlawanan (agression) dan pelarian (withdrawl). Apabila individu merasa kuat atau mempunyai kekuatan untuk menghadapi lingkungan yang mengancam dirinya, maka ia akan melakukan perlawanan atau penentangan terhadap lingkungannya, tetapi apabila merasa lemah tidak mempunyai kekuatan untuk melawan lingkungan maka akan menghindarkan diri atau melarikan diri.
    Bentuk perilaku menentang atau melawan ini bermacam-macam, mulai dari menggerutu, mencela atau mencaci maki, memarahi, sampai dengan merusak dan menghancurkan. Demikian pula dengan penghindaran atau pelarian, entuknya bermacam-macam, seperti perbuatan diam tidak memberikan reaksi, tidak hadir dalam suatu kegiatan, melepaskan diri dari tugas atau tanggung jawab, mencari-cari kegiatan pengganti, mabuk, menyalahgunakan narkotika, berjudi, mencari kekuatan yang bersifat irrasional, dan lain-lain.

3. Motivasi
  Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat presistensi dan entusiasmenya dalam melakukan suatu kegiatan, baik yang bersumber dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik). Maupun dari luar individu itu sendiri (motivasi ekstrinsik). Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkan, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan yang lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer dan peneliti, terutama terkaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang.

a.       Konteks studi psikologi
Abin Syamsudin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator, di antaranya:
1.  Durasi kegiatan;
2.  Frekuensi pada kegiatan;
3.  Presistensi pada egiatan;
4. Ketabahan, keuletan, dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan 
5. Devosi dan pengoranan untuk mencapai tujuan;
6. Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7.      Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan;
8.      Arah sikap terhadap sasaran kegiatan;
b.      Teori Herzerg (teori dua faktor)

    Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut Herzberg yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan individu dengan atasannya, hubungan individu dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan oganisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku. Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teoi Herzerg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang leih berpengaruh dalam hidup seseorang, apakah yang bersifat intrinsik atau ekstrinsik.   

C. Kesimpulan

  Dinamika perilaku individu adalah sekumpulan perilaku yang dimiliki oleh individu dan dipengaruhi oleh adat, sikap, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika. Menurut perspektif kognitif lebih menekankan bahwa perilaku adalah proses mental, dimana individu (organisme) aktif dalam menangkap, menilai, membandingkan, dan menanggapi stimulasi sebelum melakukan reaksi. Menurut perspektif behaviorisme manusia adalah mesin (homo mechanicus) yang perilakunya dikendalikan oleh lingkungan.
  Dalam pendidikan pun dinamika perilaku individu perlu diterapkan agar kegiatan bimbingan dan konseling kelompok bisa berjalan dengan lancar, dinamis, dan tujuan yang diinginkan tercapai. Psikologi memberikan sumbangan terhadap pendidikan karena subjek dan objek pendidikan adalah manusia (individu). Psikologi memberikan wawasan bagaimana memahami perilaku individu, proses pendidikan serta membantu individu agar dapat berkembang optimal dalam menghadapi tantangan yang datang dari lingkungan. Penerimaan individu terhadap lingkungungannya berupa penyesuaian diri atau justru penolakan.
   Energi yang dimiliki individu baik itu bersifat intrinsik maupun ekstrinsik disebut motivasi. Energi atau kekuatan ini dimiliki individu ini guna melakukan kegiatan berupa tindakan atau perilaku


D. Daftar Pustaka


Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, 2005, Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tirtarahardja, La Sulo, 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Asdi Mahastya.
Abin Syamsuddin Makmun, 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Desmita, 2007. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama