Sejarah Masuknya Islam di Indonesia

Konten [Tampil]

Sejarah Masuknya Islam di Nusantara


Sepeninggal Nabi Muhammad SAW, agama Islam terus menyebar ke seluruh penjuru dunia dengan dipimpin oleh khalifah-khalifah. Islam terus menyebar ke benua-benua Afrika, Asia, bahkan sampai ke Eropa. Bahkan, agama Islam pernah jaya di benua Eropa tepatnya diAndalusia, Spanyol di bawah khalifah Salahudin Al-Ayyubi. Pada zaman dahulu, agama Islam disebarkan melalui peleburan dengan adat dan budaya setempat. Agama Islam datang ke suatu daerah dengan membawa kedamaian. Oleh karena itu, Islam sangat diterima di seluruh penjuru dunia. Indonesia sendiri merupakan daerah strategis yang menjadi jalur perdagangan dunia, oleh sebab itu, tidaklah heran bahwa Indonesia banyak didatangi oleh bangsa-bangsa asing. Maka sebelum agama Islam datang dan berkembang di Indonesia, terdapat beberapa kerajaan-kerajaan Hindu dan Buddha yang tersebar di Indonesia. Agama Islam pertama kali datang ke Indonesia melalui tanah sumatera, tepatnya di kerajaan Peurelak. Para pedagang-pedagang muslim selain berdagang, mereka juga membawa misi untuk meng-Islamkan penduduk pribumi. Para pedagang inipun banyak yang melakukan perkawinan dengan gadis pribumi.

Dari tanah sumatera, agama Islam menyebar ke pulau Jawa dengan disampaikan oleh ulama-ulama yang dikenal dengan sebutan Wali Songo. Mereka melakukan dakwah melalui perantara kebudayaan, sehingga Islam tidak terasa asing di benak masyarakat. Salah stau contohnya adalah pewayangan yang sudah menjadi tradisi masyarakat Jawa sejak masih memeluk agama Hindu, masih tetap dipertahankan, tetapi cerita pementasan wayang yang diubah ke cerita-cerita yang menyeru kepada kebaikan. Sebenarnya, ada banyak pendapat dan teori-teori yang berkembang diantara para ahli tentang bagaimana agama islam masuk dan berkembang di Indonesia. Berikut ini akan dipaparkan teori-teori masuknya agama Islam di Indonesia.

Teori Masuknya Islam di Nusantara


Teori Gujarat

Teori ini menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia sudah dimulai pada awal abad ke-8 Masehi yang dibawa oleh orang-orang dari Gujarat, India. Tokoh-tokoh yang mendukung teori ini antar alain adalah Snouck Hurgronje dan J.Pijnapel. Dasar-dasar teori Gujarat yaitu :
  • Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam menyebarkan agamaIslam di Indonesia. 
  • Adanya hubungan dagang yang telah lama terjalin dengan bangsa-bangsa India, serta jalur pelayaran dari India yang melalui Indonesia untuk sampai ke Eropa.
  • Ditemukannya batu nisan Sultan Malik As-Saleh di Samudera Pasai yang menunjukkan corak khas Gujarat.
  • Berdasarkan keterangan dari Marcopolo yang pernah singgah di kerajaan Peurelak. Dia menemukan bahwa masyarakat Peurelak pada tahun 1292 M, telah banyak yang memeluk agama Islam, yang disebarkan oleh pedagang-pedagang dari Gujarat.
  • Corak ajaran tasawuf yang menjadi corak khas Islam Indonesia pada awal-awal masa perseberannya, hal ini menguatkan teori ini dikarenakan tasawuf merupakan ajaran yang dipraktikkan oleh penduduk Muslim di India Selatan.

Teori Persia

Teori Persia diperkenalkan oleh P.A Husein Hidayat. Dalam teori ini dikatakan bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang dari Persia (Iran) yang sudah dimulai dari awal abad ke 12 Masehi. Dasar dari teori ini yaitu :
  • Adanya persamaan budaya antara muslim Persia dan Indonesia, salah satunya adalah perayaan 10 Muharram atau peringatan Asyura yang oleh masyarakat Iran dipercaya sebagai lambang untuk mengenang peristiwa Husein bin Ali bin Abi Thalib yang terbunuh pada peristiwa Karbala, dengan perayaan atau tradisi Tabuik atau Tabuk di Sumatera Barat dan Jambi.
  • Terdapat suku Leran dan Jawi di Persia yang menetap dan tinggal di Indonesia khususnya di daerah Gresik, Jawa Timur. Selain itu, terdapat tradisi penulisan Arab Jawi oleh suku Jawa yang diadopsi dari tradisi masyarakat Persia atas tulisan Arab.
  • Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim yang bercorak khas Persia tahun 1419 di Gresik. Maulana Malik Ibrahim adalah salah satu tokoh pertama yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Wali Songo.


Teori Arab

Teori ini berpendapat bahwa Islam pertama kali masuk ke Indonesia pada abad ke 7 masehi dan dibawa langsung oleh orang Arab yang telah diperintahkan langsung oleh Nabi Muhammad SAW. Teori ini didukung oleh Hamka, Van Leur, dan T.W. Arnold. Dasar dari teori ini yaitu :
  • Adanya dokumen dari China yang ditulis oleh Chu Fan Chi yang dikutip dari seorang ahli geografi, yaitu Chou Ku Fei. Dalam dokumen ini disebutkan adanya perkampungan muslim di sekitar pantai Barus, Smuatera Barat yang dikenal sebagai Bandar Khalifah. Dalam bahasa China, wilayah ini dikenal dengan nama Tha-Shih (sebutan orang China untuk orang Arab).
  • Ditemukannya bukti arkeologis berupa makam kuno di pemakaman Mahligai, Barus. Pada salah stau nisannya, terdapat nama Syekh Rukunuddin yang meninggal pada tahun 672 Masehi.
  • Pendapat arkeolog dari Ecole Francaise D`Extreme Orient Prancis dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional yang menyatakan sekitar abad ke 9-12 Masehi, Barus menjadi sebuah perkampungan Muslim yang dihuni oleh berbagai suku bangsa seperti India, China,Aceh, Arab, Tamil, Jawa, Bugis, dan Bengkulu.
  • Kerajaan Samudera Pasai yang menganut mazhab Syafi`I, sama seperti masyarakat muslim Mesir dan Mekkah yang pada waktu itu menganut mazhab Syafi`i.
  • Gelar raja-raja Samudera Pasai yaitu Al-Malik, yang diyakini berasal dari Mesir.

Strategi Dakwah Islam di Indonesia

Salah satu arti “strategi” yang dimuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus”. Dalam konteks dakwah Islam, strategi dakwah yang dimaksud adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh para mubaligh, yang membawa misi Islam di dalamnya. Dari kajian di atas dan berbagai literatur, setidaknya terdapat beberapa kegiatan yang dipergunakan sebagai kendaraan (sarana) dalam penyebaran Islam di Indonesia, di antaranya adalah: perdagangan, perkawinan, pendidikan, kesenian, dan tasawuf. Berikut uraian singkat mengenai hal tersebut.

Perdagangan

Pada tahap awal, saluran yang dipergunakan dalam proses Islamisasi di Indonesia adalah perdagangan. Hal itu dapat diketahui melalui adanya kesibukan lalu lintas perdagangan pada abad ke-7 M hingga abad ke-16 M. Aktivitas perdagangan ini banyak melibatkan bangsa-bangsa di dunia, termasuk bangsa Arab, Persia, India, Cina dan sebagainya. Mereka turut ambil bagian dalam perdagangan di negeri-negeri bagian Barat, Tenggara, dan Timur Benua Asia. Saluran Islamisasi melalui jalur perdagangan ini sangat menguntungkan, karena para raja dan bangsawan turut serta dalam aktivitas perdagangan tersebut. Bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham perdagangan itu. Fakta sejarah ini dapat diketahui berdasarkan data dan informasi penting yang dicatat Tome’ Pires bahwa para pedagang muslim banyak yang bermukim di pesisir pulau Jawa yang ketika itu penduduknya masih kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mendatangkan mullahmullah dari luar, sehingga jumlah mereka semakin bertambah banyak. Dalam perkembangan selanjutnya, anak keturunan mereka menjadi penduduk muslim yang kaya raya.

Pada beberapa tempat, para penguasa Jawa, yang menjabat sebagai bupati-bupati Majapahit yang ditempatkan di pesisir pulau Jawa banyak yang masuk Islam. Keislaman mereka bukan hanya disebabkan oleh factor politik dalam negeri yang tengah goyah, tetapi terutama karena factor hubungan ekonomi dengan para pedagang ini sangat menguntungkan secara material bagi mereka, yang pada akhirnya memperkuat posisi dan kedudukan sosial mereka di masyarakat Jawa. Kemudian dalam perkembangan selanjutnya, mereka mengambil alih perdagangan dan kekuasaan di tempat tinggal mereka.

Hubungan perdagangan ini dimanfaatkan oleh para pedagang muslim sebagai sarana atau media dakwah. Sebab, dalam Islam setiap muslim memiliki kewajiban untuk menyebarkan ajaran Islam kepada siapa saja dengan tanpa paksaan. Oleh karena itu, ketika penduduk Nusantara banyak yang berinteraksi dengan para pedagang muslim, dan keterlibatan mereka semakin jauh dalam aktivitas perdagangan, banyak di antara mereka yang memeluk Islam. Karena pada saat itu, jalur-jalur strategis perdagangan internasional hampir sebagian besar dikuasai oleh para pedagang muslim. Apabila para penguasa lokal di Indonesia ingin terlibat jauh dengan perdagangan internasional, maka mereka harus berperan aktif dalam perdagangan internasional dan harus sering berinteraksi dengan para pedagang muslim.

Perkawinan

Dari aspek ekonomi, para pedagang muslim memiliki status social ekonomi yang lebih baik daripada  kebanyakan penduduk pribumi. Hal ini menyebabkan banyak penduduk pribumi, terutama para wanita, yang tertarik untuk menjadi isteri-isteri para saudagar muslim. Hanya saja ada ketentuan hukum Islam, bahwa para wanita yang akan dinikahi harus diislamkan terlebih dahulu. Para wanita dan keluarga mereka tidak merasa keberatan, karena proses pengIslaman hanya dengan mengucapkan dua kalimah syahadat, tanpa upacara atau ritual rumit lainnya. Setelah itu, mereka menjadi komunitas muslim di lingkungannya sendiri. KeIslaman mereka menempatkan diri dan keluarganya berada dalam status sosial dan ekonomi cukup tinggi. Sebab, mereka menjadi muslim Indonesia yang kaya dan berstatus sosial terhormat. Kemudian setelah mereka memiliki keturunan, lingkungan mereka semakin luas. Akhirnya timbul kampung-kampung dan pusat-pusat kekuasaan Islam. Dalam perkembangan berikutnya, ada pula para wanita muslim yang dikawini oleh keturunan bangsawan lokal. Hanya saja, anak-anak para bangsawan tersebut harus diIslamkan terlebih dahulu. Dengan demikian, mereka menjadi keluarga muslim dengan status sosial ekonomi dan posisi politik penting di masyarakat. Jalur perkawinan ini lebih menguntungkan lagi apabila terjadi antara saudagar muslim dengan anak bangsawan atau anak raja atau anak adipati. Karena raja, adipati, atau bangsawan itu memiliki posisi penting di dalam masyarakatnya, sehingga mempercepat proses Islamisasi. Beberapa contoh yang dapat dikemukakan di sini adalah, perkawinan antara Raden Rahmat atau Sunan Ngampel dengan Nyai Manila, antara Sunan Gunung Jati dengan Puteri Kawunganten, Brawijaya dengan Puteri Campa, orangtua Raden Patah, raja kerajaan Islam Demak dan lain-lain.


Pendidikan

Proses Islamisasi di Indonesia juga dilakukan melalui media pendidikan. Para ulama banyak yang mendirikan lembaga pendidikan Islam, berupa pesantren. Pada lembaga inilah, para ulama memberikan pengajaran ilmu keIslaman melalui berbagai pendekatan sampai kemudian para santri mampu menyerap pengetahuan keagamaan dengan baik. Setelah mereka dianggap mampu, mereka kembali ke kampong halaman untuk mengembangkan agama Islam dan membuka lembaga yang sama. Dengan demikian, semakin hari lembaga pendidikan pesantren mengalami perkembangan, baik dari segi jumlah maupun mutunya. Lembaga pendidikan Islam ini tidak membedakan status sosial dan kelas, siapa saja yang berkeinginan mempelajari atau memperdalam pengetahuan Islam, diperbolehkan memasuki lembaga pendidikan ini. Dengan demikian, pesantren-pesantren dan para ulamanya telah memainkan peran yang cukup penting di dalam proses pencerdasan kehidupan masyarakat, sehingga banyak masyarakat yang kemudian tertarik memeluk Islam.
 
Di antara lembaga pendidikan pesantren yang tumbuh pada masa awal Islam di Jawa, adalah pesantren yang didirikan oleh Raden Rahmat di Ampel Denta. Kemudian pesantren Giri yang didirikan oleh Sunan Giri, popularitasnya melampaui batas pulau Jawa hingga ke Maluku. Masyarakat yang mendiami pulau Maluku, terutama Hitu, banyak yang berdatangan ke pesantren Sunan Giri untuk belajar ilmu agama Islam. Bahkan Sunan Giri dan para ulamalainnya pernah diundang ke Maluku untuk memberikan pelajaran agama Islam. Banyak di antara mereka yang menjadi khatib, muadzin, hakim (qadli) dalam masyarakat Maluku dengan memperoleh imbalan cengkeh. Dengan cara-cara seperti itu, maka agama Islam terus tersebar ke seluruh penjuru Nusantara, hingga akhirnya banyak penduduk Indonesia yang menjadi muslim. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa model pendidikan pesantren yang tidak mengenal kelas menjadi media penting di dalam proses penyebaran Islam di Indonesia, bahkan kemudian diadopsi untuk pengembangan pendidikan keagamaan pada lembaga-lembaga pendidikan sejenis di Indonesia.

Tasawuf

Jalur lain yang juga tidak kalah pentingnya dalam proses Islamisasi di Indonesia adalah tasawuf. Salah satu sifat khas dari ajaran ini adalah akomodasi terhadap budaya lokal, sehingga menyebabkan banyak masyarakat Indonesia yang tertarik menerima ajaran tersebut. Pada umumnya, para pengajar tasawuf atau para sufi adalah guru-guru pengembara, dengan sukarela mereka menghayati kemiskinan, juga seringkali berhubungan dengan perdagangan, mereka mengajarkan teosofi yang telah bercampur dengan ajaran yang sudah dikenal luas masyarakat Indonesia. Mereka mahir dalam hal magis, dan memiliki kekuatan menyembuhkan. Di antara mereka ada juga yang menikahi gadis-gadis para bangsawan setempat. Dengan tasawuf, bentuk Islam yang diajarkan kepada para penduduk pribumi mempunyai persamaan dengan alam pikiran mereka yang sebelumnya memeluk agama Hindu, sehingga ajaran Islam dengan mudah diterima mereka. Di antara para sufi yang memberikan ajaran yang mengandung persamaan dengan alam pikiran Indonesia pra-Islam adalah Hamzah Fansuri di Aceh, Syeikh Lemah Abang, dan Sunan Panggung di Jawa. Ajaran mistik seperti ini terus dianut bahkan hingga kini.


Kesenian

Saluran Islamisasi melalui kesenian yang paling terkenal adalah melalui pertunjukkan wayang. Seperti diketahui bahwa Sunan Kalijaga adalah tokoh yang paling mahir dalam mementaskan wayang. Dia tidak pernah meminta upah materi dalam setiap pertunjukan yang dilakukannya. Sunan Kalijaga hanya meminta kepada para penonton untuk mengikutinya mengucapkan dua kalimat syahadat. Sebagian besar cerita wayang masih diambil dari cerita Ramayana dan Mahabarata, tetapi muatannya berisi ajaran Islam dan nama-nama pahlawan muslim. Selain wayang, media yang dipergunakan dalam penyebaran Islam di Indonesia adalah seni bangunan, seni pahat atau seni ukir, seni tari, seni musik dan seni sastra. Di antara bukti yang dihasilkan dari pengembangan Islam awal adalah seni bangunan Masjid Agung Demak, Sendang Duwur, Agung Kasepuhan, Cirebon, Masjid Agung Banten, dan lain sebagainya. Seni bangunan Masjid yang ada, merupakan bentuk akulturasi dari kebudayaan lokal Indonesia yang sudah ada sebelum Islam, seperti bangunan candi. Salah satu dari sekian banyak contoh yang dapat kita saksikan hingga kini adalah Masjid Kudus dengan menaranya yang sangat terkenal itu. Hal ini menunjukkan sekali lagi bahwa proses penyebaran Islam di Indonesia yang dilakukan oleh para penyebar Islam melalui caracara damai dengan mengakomodasi kebudayaan setempat. Cara ini sangat efektif untuk menarik perhatian masyarakat pribumi dalam memahami gerakan Islamisasi yang dilakukan oleh para mubaligh, sehingga lambat laun mereka memeluk Islam.


Politik

Di Maluku dan Sulawesi Selatan, kebanyakan rakyat masuk Islam setelah rajanya  masuk Islam terlebih dahulu. Pengaruh politik raja sangat membantu tersebarnya Islam di  wilayah ini. Jalur politik juga ditempuh ketika kerajaan Islam menaklukkan kerajaan non Islam, baik di Sumatera, Jawa, maupun Indonesia Bagian Timur.


Sumber Peninggalan dan Kebudayaan Islam di Indonesia


Sumber - sumber luar negri

  • Berita Arab : para pedagang arab telah datang ke Indonesia sejak masa kerajaan  sriwijaya (abad ke 7 M) yang menguasai jalur pelayaran perdagangan di wilayah  Indonesia bagian barat termasuk selat malaka pada masa itu. 
  • Berita Eropa : berita ini datangnya dari Marco polo. Ketika suatu saat dia  ditugaskan untuk mengantarkan puterinya yang di persembahkan kepada kaisar  romawi.
  • Berita India: berita ini menyebutkan bahwa para pedagang india dari Gujarat mempunyai peranan penting dalam penyebaran agama dan kebudayaan islam di  indonesia.
  • Berita China: berita ini berhasil di ketahui melalui catatan dari ma-huan, seorang penulis yang mengikuti perjalanan laksamana cheng-ho. Ia menyatakan melalui  tulisannya bahwa sejak kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar islam  Lyang bertempat tinggal di pantai utara pulau jawa.

Sumber - sumber dalam negri

  • Penemuan sebuah batu di leran (dekat Gresik).batu bersurat itu memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Makmur
  • Makam sultan Malikul Shaleh di Sumatra Utara yang meninggal pada bulan ramadha tahun 676 H atau tahun 1297 M.
  • Makam Syeikh Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 M. 

Posting Komentar

Post a Comment (0)

Lebih baru Lebih lama